Menjadi Generasi Media Sosial yang Berbagi Cinta Kasih
Media sosial semakin
berkembang dan populer belakangan ini berkat kemajuan internet dan gadget. Internet sudah bukan lagi hal
yang hanya bisa diakses oleh masyarakat perkotaan, tetapi masyarakat pedesaan
juga sudah banyak yang akrab dengan internet. Apalagi kini tersedia beragam gadget, baik itu komputer, laptop, atau smartphone untuk mendukung aktivitas
berselancar di dunia maya. Akibatnya, proses komunikasi dan persebaran
informasi semakin merata, cepat, dan mudah ke seluruh dunia. Namun masalahnya,
tidak semua orang memanfaatkan internet dan gadget
dengan baik dan benar.
Salah satu hal yang menarik
perhatian saya mengenai penggunaan internet dan gadget adalah tren media sosial. Banyak sekali pengguna internet
atau netizen yang merupakan generasi kekinian membuat berbagai akun media
sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Google+, dan sebagainya.
Melalui beragam media sosial tersebut, netizen bisa saling menjalin silaturahmi
secara instan. Namun kemudahan interaksi melalui media digital terkadang malah
disalahgunakan oleh beberapa orang.
Sebagai informasi, saat ini
total jumlah penduduk dunia sekitar 7,3 miliar jiwa dan sekitar 3,1 miliar
orang sudah menggunakan internet, serta sekitar 2,2 miliar orang merupakan
pengguna aktif media sosial. Sementara Facebook menjadi media sosial terpopuler
dengan pengguna sekitar 1,5 miliar di seluruh dunia. Lebih dari 1 miliar orang
pengguna Facebook tersebut, banyak yang bermain media sosial lainnya. Maka tak
heran jika total jumlah pengguna media sosial mencapai lebih dari 2 miliar
orang. Jumlah yang sangat banyak. Namun sekali lagi, hal tersebut menimbulkan
masalah karena tidak sedikit yang menggunakan media sosial untuk merugikan
orang lain.
Saya berfokus terhadap
penggunaan media sosial karena media sosial menjadi wadah banyak pengguna
internet untuk berekspresi, berinteraksi, dan bereaksi terhadap hal apapun. Ada
yang menggunakannya untuk hal-hal positif, seperti mengunggah karya-karyanya,
berbisnis, menyampaikan opini yang bersifat
membangun, membagikan berita terkini, sekadar untuk menjalin hubungan dengan
orang lain atau membagikan gambar, video, status tentang kehidupan
sehari-harinya. Namun ada juga yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang
negatif, seperti menyebarkan kebencian, fitnah, dan bullying.
Memang setiap orang bebas
dan berhak untuk melakukan apa saja dengan media sosialnya, sesuai dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku. Namun ada orang yang dengan santainya
menggunakan media sosial seenaknya, meskipun dia sedang menggunakan akun dengan
nama aslinya. Ada juga yang mencari aman untuk melakukan sesuatu yang tidak
pantas dengan membuat akun anonim atau akun palsu sehingga orang lain tidak
tahu siapa dirinya. Padahal akun seperti itu juga bisa diselidiki siapa pemilik
sebenarnya dan kemudian dituntut secara hukum.
Meskipun sebenarnya ada
hukum yang dapat menjerat orang-orang yang menggunakan media sosial untuk
maksud yang tidak baik, misalnya di Indonesia ada Undang-Undang tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dapat menjerat pelaku
penyalahgunaan internet yang merugikan orang lain. Akan tetapi, UU ITE tersebut
masih belum sepenuhnya efektif membuat orang-orang takut dan jera melakukan
tindakan yang tidak benar melalui media sosial.
Lantas, bagaimana caranya
agar generasi media sosial dapat memanfaatkan akunnya untuk menyebarkan hal-hal
positif dan bukan hal-hal negatif? Jawabannya tentu saja dimulai dari diri
sendiri. Misalnya, saya belajar untuk tidak mudah menghakimi orang lain hanya
karena sesuatu yang ditampilkan di akun media sosialnya. Atau saya belajar
untuk tidak mengungkapkan kekesalan kepada seseorang dengan cara menuliskan
kejelekannya atau membuat fitnah melalui media sosial. Karena saya bisa memilih
untuk memaafkan dan mengomunikasikan masalah pribadi secara personal dengan
orang yang bersangkutan, dan bukan malah menyebarkan masalah pribadi dengan
seseorang secara terbuka melalui media sosial yang dapat dilihat oleh semua
orang.
Selain itu, saya harus belajar
mengontrol pikiran saya untuk tidak cepat menilai seseorang hanya dari apa yang
ada di akun media sosialnya. Bahkan saya juga harus menjaga jari-jari saya
untuk tidak sembarangan mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan melalui media
sosial yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Karena belum tentu apa yang
saya pikirkan adalah benar. Bisa saja saya salah menilai seseorang karena media
sosial adalah dunia maya yang terbatas untuk menafsirkan realita tentang
kehidupan seseorang.
Salah satu contoh adalah mengenai
akun artis idola saya Agnes Monica (Agnez Mo). Saya memang menyukainya sehingga
mengikuti semua aktivitasnya di media sosial. Namun bukan berarti saya mengenal
Agnez secara pribadi dan berhak mengomentari kehidupan yang ia bagikan melalui
media sosial. Karena apa yang Agnez publikasikan di media sosial hanyalah
sebagian dari privasinya. Sementara ada bagian dari kehidupannya yang tertutup
hanya untuk dirinya dan orang-orang yang dia percaya.
Sehingga saya pun membuat
batasan mengenai apa yang baik untuk saya komentari dan apa yang sebaiknya saya
tidak ikut campur. Meskipun sebenarnya,
terkadang muncul rasa keingintahuan yang berlebihan dan membuat saya
terkadang ingin terlalu jauh mengomentari seseorang yang tidak saya kenal
secara personal. Namun jika pada akhirnya saya ingin menyampaikan pendapat,
saya harus berhikmat untuk memilih kata-kata membangun berupa saran yang
positif, dan bukan kata-kata negatif yang menjatuhkan. Sebab saya harus ingat
bahwa saya hanyalah seorang pengamat, bukan hakim atas hidup seseorang.
Itulah sebabnya, saya
senang sekali dengan gerakan generasi cinta kasih #AMgenerationOfLOVE
yang Agnez Mo cetuskan melalui Instagram @agnezmo. Menurut saya, gerakan tersebut sangat inspiratif dan dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk
kehidupan di media sosial. Tidak hanya
untuk pengguna media sosial di Indonesia, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Bayangkan, jika semua pengguna
media sosial di dunia ini menjadi generasi penuh cinta, maka media sosial bisa
menjadi wadah yang menyenangkan untuk menjalin hubungan baik antar sesama.
Namun sebaliknya, jika lebih dari dua miliar pengguna media sosial yang ada
malah saling menyakiti, maka kekacauan akan semakin menjadi-jadi. Karena apa
yang terjadi di dunia maya akan berdampak ke dunia nyata.
Namun terlalu muluk jika
mengharapkan perubahan terjadi di seluruh dunia, jikalau kita sendiri tidak
mulai berubah menjadi generasi cinta. Saya berharap gerakan generasi media
sosial yang menjadi generasi cinta bisa dimulai dari Indonesia terlebih dahulu.
Karena dampaknya akan sangat besar jika kita berani mengambil keputusan
mencintai dalam segala kondisi apa pun dan memanfaatkan fasilitas di media
sosial untuk membagikan cinta kasih yang sarat akan perdamaian.
Sebagai informasi, jumlah
pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 88 juta orang dari
250 juta populasi di Indonesia. Ini berarti sekitar 35 persen penduduk
Indonesia sudah mengenal internet dan sebagian besar juga menggunakan media
sosial. Hebatnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media
sosial terbanyak dan teraktif di dunia. Makanya, tidak heran jika netizen
Indonesia sering sekali menghebohkan media sosial, seperti membuat trending topic dunia di Twitter.
Bayangkan jika semua pengguna media sosial sehati untuk menggunakan media
sosial untuk tujuan yang baik, maka Indonesia bisa memberikan pengaruh positif
kepada masyarakat dunia, hanya melalui media sosial.
Namun sayangnya tidak semua
orang Indonesia menggunakan media sosial dengan baik. Makanya, masih cukup
sering kita melihat fenomena pengguna media sosial yang menampilkan tulisan
atau gambar yang mengandung unsur seksual, agama, atau rasisme untuk menyerang
dan menjatuhkan seseorang atau golongan. Dengan media sosial, orang-orang yang
tidak bertanggung jawab menyalahgunakan kesempatan dan fasilitas media sosial
untuk menyebarkan kebencian. Sangat mudah dan praktis, hanya dengan akses
internet dan gadget, seseorang bisa
merugikan orang lain yang dia benci, tanpa harus dia temui secara langsung.
Padahal, setiap orang harus
tetap menjaga sopan santun dan saling menghargai, baik itu di dunia nyata,
maupun di dunia maya. Alangkah indahnya hidup ini jika dunia maya membantu kita
semua menjalin hubungan baik dengan sesama. Karena sebenarnya itulah salah satu
manfaat dunia maya, yaitu menyatukan seseorang dengan orang lain di mana pun.
Dunia terasa sempit, karena dunia maya membuat yang jauh terasa lebih dekat.
Akan tetapi, ironisnya media sosial malah bisa membuat hubungan antara satu
dengan yang lain menjadi rusak. Karena saking mudahnya menggunakan media
sosial, seseorang terkadang menjadi lupa untuk bersosialisasi dengan
sewajarnya.
Sehingga yang perlu
ditekankan adalah jadilah pengguna media sosial yang pintar. Jangan hanya gadget-nya yang pintar alias smartphone, tetapi konten yang
disebarkan melalui media sosial juga haruslah bermanfaat dan berbobot. Jangan
menjadi seseorang yang tidak bijaksana yang sesuka hati menampilkan hal apa pun
di media sosial tanpa memperhatikan norma.
Untuk itu, kita perlu
menjadi orang yang mengutamakan cinta di atas segalanya. Memang tidak mudah
menerapkan cinta kasih. Namun hal terbesar di dalam dunia ini adalah cinta. Jika
kita ingin melihat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik dan bisa hidup
dengan damai, maka sebarkanlah cinta kasih melalui cara apa pun. Belajarlah
mengesampingkan ego kita, dan mulai mencintai orang lain terlebih dahulu. Bukan
hanya kepada orang-orang yang mencintai kita, melainkan juga kepada orang-orang
yang menyakiti kita; kita pun harus mencintainya dengan cara mengampuni
kesalahannya.
Jadi, mari kita semua
sama-sama belajar untuk saling mengasihi kapan pun, di mana pun, dan kepada
siapa pun. Baik itu saat bertemu dengan orang lain secara langsung, maupun
melalui media sosial yang virtual. Karena ingatlah, suatu informasi mudah
sekali dan sangat cepat menyebar melalui media sosial. Maka dari itu, jangan
sampai kita menyalahgunakannya untuk menyebarkan hal-hal negatif, seperti
kebencian yang dapat memecah belah perdamaian. Namun manfaatkanlah kecanggihan
teknologi informasi untuk menjadi sarana berbagi kebaikan kepada lebih banyak
orang.
Berikut ini adalah kata-kata dari gerakan cinta kasih #AMgenerationOfLOVE oleh Agnez Mo!
I am loved (Aku adalah cinta).
I am generation of love (Aku adalah generasi cinta).
I don't hate (Aku tidak membenci).
I don't gloat over my brother in the day of his misfortune (Aku tidak merasa senang saat saudaraku ditimpa kemalangan).
I don't take pleasure in seeing people's trouble (Aku tidak berbahagia ketika orang lain sengsara).
I am generation of love (Aku adalah generasi cinta).
I love (Aku mencintai).
I forgive (Aku memaafkan).
Hatred is my enemy (Kebencian adalah musuhku).
Love is my bullet (Cinta adalah peluruku).
I will change the world (Aku akan mengubah dunia).
And the change starts within me (Dan perubahannya dimulai dari diriku sendiri).
I am generation of love (Aku adalah generasi cinta).
This is my oath (Ini adalah sumpahku).
Komentar