Cerpen: Menari Dalam Hujan
Merindukanmu. Setelah aku tak sanggup lagi menyentuhmu, setelah aku
sadar bahwa aku belum sempat membahagiakanmu, dan kejadian itu harus terjadi
tiba-tiba. Memisahkan kita.
Aku ingat, tahun lalu, di hari ulang tahunmu, aku terakhir kali
bersama denganmu. Kita habiskan waktu berdua menonton film-film Korea
kesukaanmu di apartemenku sepanjang hari.
Kamu tahu, aku tidak pernah menyukai film Korea apapun. Tapi hari itu
berbeda. Entah kenapa aku menikmatinya. Melihatmu tertawa, tersenyum, marah,
dan menangis mengikuti jalan cerita dan emosi bintang Korea kesukaanmu,
membuatku terheran, tapi aku menyukainya. Aku tidak benar-benar menontonnya,
karena mataku fokus memperhatikan ekspresi wajahmu yang begitu menggemaskan
waktu itu.
Aku rindu. Aku begitu mencintaimu, tapi hidupku harus terus berjalan
walaupun terpaksa tanpamu. Dapatkah kita bersatu kembali?
* *
*
Hari ini aku bertemu klien
baru lagi. Aku cukup lega sekarang karena ada Lala yang menemaniku. Baru satu
bulan kami menjadi satu tim, tapi aku sudah merasa nyaman dengannya. Dia lebih
pandai melakukan presentasi dibandingkan aku yang kaku. Aku punya segudang
kata-kata di pikiranku, tetapi ketika presentasi, aku seringkali tampil
terbata-bata.
PT. Promises Mediatama yang
aku rintis bersamanya sempat stuck di
tengah jalan. Sejak kejadian tahun lalu, aku seperti ingin lari dari kenyataan. Aku lebih
sering mengurung diri di apartemenku. Aku kehilangan harapan dan kepercayaan
akan masa depan.
Hingga pada suatu hari, Lala datang ke apartemenku dan duduk menghabiskan
waktu berjam-jam hanya untuk mendengarkanku, mendengarkan kerapuhanku. Sejak
saat itu, aku sadar bahwa aku punya tanggung jawab, yaitu melanjutkan hidupku.
* * *
Selamat malam, sayang. Aku
baru saja pulang. Presentasi tadi siang
berjalan dengan lancar. Hanya ada sedikit revisi dari klien. Project ini akan
berjalan bulan depan. Promises Mediatama yang kita rintis kini mulai mengalami
perkembangan.
Semenjak Lala membantuku,
semuanya terasa lebih mudah. Tapi, ini bukan semata
karena ada Lala, tapi karena aku tahu tujuanku. Aku ingin menepati janjiku. Aku
akan terus memperjuangkan impian kita untuk membangun suatu perusahaan
periklanan nomor satu di Indonesia.
* * *
Revisi telah selesai. Klien pun sudah oke. Kini saatnya mengerjakan project
“Dance in the Rain”. Akan dibuat sebuah video viral berkonsep musikal berdurasi
tiga menit untuk mempromosikan sebuah produk smartphone anti air terbaru buatan Indonesia.
Video tersebut bercerita
tentang seorang pria yang bersedih dan menatap langit Jakarta yang gelap, lalu
kemudian terjadi hujan. Di tengah hujan tersebut, ada satu pemandangan aneh
yang menarik perhatiannya. Ada seorang wanita yang sedang menari dalam hujan.
Sadar bahwa pria itu menatapnya, wanita itu pun menghampirinya, dan menariknya
ke dalam hujan untuk menari bersama. Di akhir video, si wanita mengeluarkan
sebuah smartphone anti air dan
mengajak si pria ber-selfie bersama
di bawah rintikan hujan.
* * *
Sayang, project “Dance in the Rain” ini aku persembahkan spesial
untukmu. Karena semuanya terinspirasi darimu yang begitu menyukai hujan. Kamu
selalu berkata kepadaku tentang sebuah kutipan favoritmu dari Vivian Greene: ”Life isn’t about waiting for the storm to pass,
it’s about learning to dance in the rain.”
Kamu
mengingatkanku untuk selalu memiliki satu sudut pandang berbeda dalam melihat
satu masalah. Pernah kamu mengajak seluruh orang di kantor untuk bermain hujan.
Semua orang mengatakan tidak, kecuali aku yang mengiyakan ide gilamu.
Saat itu, hujan
begitu deras. Kita tidak bisa pulang karena hujan, banjir, dan macet di
mana-mana. Akhirnya, dengan gilanya aku menemanimu untuk bermain hujan di
halaman kantor kita. Semua orang menertawakan kita dan menggelengkan kepalanya
menyaksikan keanehan kita. Mereka mungkin lupa bahwa ketika mereka kanak-kanak,
mereka juga sering bermain di bawah hujan, bahkan dengan begitu senangnya.
Salah satu momen
paling berkesan bersamamu. Terima kasih telah menjadi inspirasiku.
* * *
Tak terasa Promises Mediatama telah berjalan dua tahun. Ide awal
terbentuknya agency periklanan ini
adalah karena ketertarikanku dan Sonia di satu bidang yang sama.
Sonia adalah orang yang menolongku untuk merencanakan masa depanku. Aku
berkenalan dengannya ketika aku bekerja di salah satu perusahaan agency periklanan ternama di Jakarta.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kami sudah lebih dari sekadar rekan kerja.
Dua tahun setelah kami pacaran, aku dan Sonia memutuskan untuk berhenti
dari perusahaan dan membangun agency
periklanan sendiri bernama “Promises Mediatama”. Dari pengalaman dan networking
yang ada, kami berhasil mendapatkan berbagai klien.
Dengannya, aku dapat mengembangkan seluruh kemampuanku. Bersamanya, lahir
berbagai impian baru. Namun, itu hanya bertahan selama satu tahun. Karena
setelah itu, Sonia pergi meninggalkanku selamanya. Tidak pernah ku duga.
Padahal di dalam anganku, tahun ini adalah tahun di mana seharusnya aku
melamarnya. Tapi, yang kini ada bersamaku bukanlah Sonia, melainkan Lala.
Benarkah Lala adalah orang yang tepat untuk menggantikan Sonia?
* * *
Hai Sonia, apa kabarmu,
Sayang? Maaf, aku sudah lama tidak menyapamu melalui buku ini. Aku sangat sibuk
dengan project “Dance in the Rain” yang telah selesai dan berbagai project baru
yang menanti. Aku harap kamu mengerti.
***
Video “Dance in the Rain” sudah mendapatkan 1.000.000 views di YouTube
hanya dalam kurang lebih sebulan. Selain itu, kompetisi foto selfie di bawah rintikan hujan juga
telah diikuti ribuan orang di Instagram.
Aku tidak menyangka respon
masyarakat akan seperti ini. Klien sangat puas dengan hasilnya. Aku dan Lala semakin
antusias untuk mengerjakan berbagai project
baru lainnya. Pekerjaan semakin banyak dan menyita waktuku sekali.
* * *
Sonia, apakah aku boleh mencintai wanita lain, selain
dirimu?
Tiba-tiba ada suara
ketukan di pintu apartemenku. Aku berhenti menulis dan berusaha mencari tahu
siapakah gerangan yang datang malam-malam begini.
“Lala?”
Seketika setelah aku
membuka pintu, Lala langsung menyanyikan lagu Happy Birthday dan menyodorkan
kue ulang tahun kepadaku. “Happy birthday, Harry. Happy birthday, Harry.
Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Harry.”
“Thank you, Lala.” Aku tidak dapat berkata banyak. Sungguh
sebuah kejutan. Bahkan aku tidak memperhatikan bahwa sekarang sudah pukul 00.00
lewat dan sudah tanggal 23 November, hari ulang tahunku.
“Make a wish dulu, dong.” Celetuk Lala sambil tersenyum kepadaku. Aku hanya membalas senyumnya dan kemudian
memejamkan mata untuk berdoa singkat.
“Apa nih harapannya, Har,
di usiamu yang ke-27 ini?”
“Apa ya? Semoga menjadi
Harry yang lebih baik aja.”
“Hanya itu?”
Suasana pun seketika
berubah menjadi canggung. Kami hanya saling menatap dan menebarkan senyum. Lala
kemudian mengambil pisau untuk memotong kue itu. Perayaan ultah sederhana ini
sungguh membuatku bahagia. Kita pun menghabiskan waktu hingga pagi dengan
saling bercerita dan berbagi canda tawa.
* * *
Sayang, ada sesuatu yang berubah di hidupku. Apakah kamu
di sana memperhatikanku dan menyadarinya? Aku minta maaf jika hal ini
menyakitimu. Aku tidak bermaksud menduakanmu. Hanya saja, aku tidak dapat
membohongi perasaanku.
* * *
Sejak kejadian itu,
hubungan aku dan Lala semakin dekat. Ada rasa yang tak biasa dan aku tak berani
mengakui itu.
“Lala. Aku minta maaf.”
“Maaf kenapa?”
“Karena menciummu.”
“Oh.”
“Kamu adalah orang kedua
yang pernah….”
“Udahlah, Har. Mau sampai
kapan kamu kayak gini?”
“Maksudmu?”
“Selama ini kamu anggap
aku apa?”
“…”
“Aku baca buku agendamu
itu.”
“Beraninya kamu membaca
privasiku?”
“Sorry, Har. Tapi, please kamu ngertiin perasaan aku.”
“Aku gak ngerti, maksud
kamu apa?”
“Gimana kamu mau ngerti,
kalau kamu sendiri nggak bisa bedain realita dan obsesi.”
“…”
“Mau sampai kapan kamu
hidup dengan masa lalumu?”
“Kamu kan tahu bagaimana
hubunganku dan Sonia.”
“Sonia itu udah pergi,
Har. Sampai kapan sih kamu bisa sadar?”
“Cukup, La! Beri aku
waktu.”
Lala kemudian pergi
meninggalkanku sambil menangis. Entahlah, kenapa dia yang menangis. Harusnya aku yang terluka karena masa lalu
itu membuat aku trauma dan meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam.
* * *
Sonia, tak terasa sudah lebih dari satu tahun kamu pergi.
Setiap kali aku teringat saat itu, kecelakaan yang merenggut nyawamu, aku tak
kuasa menahan air mataku. Ada penyesalan yang mendalam karena tidak jadi
menjemputmu di rumahmu, sehingga kamu akhirnya naik taksi yang berujung pada
perpisahan kita untuk selamanya.
Maafkan aku karena
kehilanganmu. Aku pun menyadari satu hal bahwa rasa cintaku padamu lebih besar
daripada yang pernah aku pikirkan. Entahlah, apakah ini cinta atau obsesi.
Tapi, aku harus akui kalau aku menderita karenanya. Realita ini
menghancurkanku.
Dan kini, waktu
yang bergulir mempertemukanku dengan wanita lain. Sulit bagiku untuk mengakui
ini. Aku tak mungkin dapat menyingkirkanmu dan menggantikannya dengan yang lain
begitu saja. Karena sampai kapan pun, kamu tetap menjadi bagian dari
hidupku.
Tapi, aku sungguh telah jatuh cinta lagi. Aku
harus dapat menatap masa depan. Maafkanlah, jika sekarang aku harus membuka
lembaran kisah hidup yang baru. Semoga
kamu menyutujui hubunganku dengan Lala, sahabatmu.
Komentar